Friday, June 06, 2008

Kata Pengantar Untuk Surat Dari Swedia

Mejuah-juah teman kerina,

Baru saja saya hendak berangkat ke Oestgeest untuk mengkoordinir sebuah seminar mengenai Peristiwa Madiun. Kemarin malam saya selesai mengedit beberapa makalah untuk menjadi sebuah buku. Ada mengenai Islam sekuler (madani) dan Islam religius (rohaniah), Papua Merdeka, perubahan konsep ketuhanan pada orang Dayak Ngaju dan lain-lain. Semuanya berasal dari seminar rutin yang saya koordinir di Oestgeest (Dialog Antar Generasi). Hari ini akan berbicara Bung Soemarsono dari Australia tentang Misteri Peristiwa Madiun serta Sumpah Sehidup Semati antara Simbolon dan Djamin Ginting yang akhirnya dikhianati oleh Djamin Ginting karena dia memilih setia pada Negara Kesatuan.

Dalam kaitannya dengan kegiatan inilah saya tidak bisa untuk tidak langsung mengirim Surat Lanjutan dari Swedia ini kepada saudara-saudari. M.U. Ginting menggugah kita untuk melihat hal-hal kontradiktif (kutub berlawanan) dalam kehidupan manusia yang, menurut dia, perlu ditekuni secara dialektik. Dialektik adalah arus gelombang yang mempertemukan dua kutub berbeda dalam bentuk perjalanan waktu (sejarah). Menurut penganut dialektika, kutub-kutub berlawanan tidak bisa dipertemukan dalam waktu yang sama karena bisa berakibat pertikaian (konflik). Misalnya antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum. M.U. Ginting menyarankannya untuk memperhitungkan keduanya tapi melalui perjalanan waktu yang mengarah ke depan. Karo sudah lama diam, dan sudah terlalu lama. Sekarang saatnya berkokok. Bukan berarti berkokok selalu lebih bagus dari pada diam. Tidak. Ada waktunya diam itu lebih baik dari ngomong. Ada pula waktunya suara nyaring lebih baik dari pada diam. Sekarang waktunya untuk bergaung!

Tiba-tiba saya teringat akan surat Kristina Milala yang menyarankan agar kita menulis sebuah sejarah mengenai Karo di Eropah. Saya belum sempat mengirimkan surat ini kepada kam karena kesibukan mengurus seminar yang saya sebut di atas. Tapi kedatangan surat dari Swedia membuat saya tidak bisa segera berangkat ke seminar itu sekarang. Saya ingin menerbitkan sebuah buku yang berisikan semua diskusi email kita mengenai organisasi Karo se-Eropah dan mengenai Karo secara umum. Tulisan Ginting pasti sangat menarik untuk dibaca dan merangsang perdebatan yang unik tidak hanya bagi kalangan Karo, tapi juga para ilmuwan sosial dan politik.

Organisasi, aksi, organisasi, aksi adalah proses dialektik yang disarankan oleh Ginting. Diskusi, terbit buku dari diskusi, debat, muncul buku debat, dst. dst. Untuk ini saya mengundang saudara-saudari untuk menulis dalam bahasa Karo maupun Indonesia agar diterbitkan dalam sebuah buku. Surat dari Swedia dan Surat Lanjutan dari Swedia serta surat-surat lainnya yang berjalan melalui email selama ini bisa kita jadikan landasan untuk penulisan lebih lanjut. Soal perbaikan bahasa serahkan saja pada saya. Jangan takut.

Seburuk apapun bahasa kam dapat saya perbaiki.

Saya hantarkan Surat Lanjutan dari Swedia untuk memancing perdebatan yang lebih sengit. Perdebatan tidak akan menghasilkan pertikaian bila disambut dengan aksi penerbitan buku. Itulah dinamika diskusi dan aksi yang menurut M.U. Ginting sebaiknya berjalan mengikuti laju dialektika.

Mejuah-juah,

Juara Ginting
*ditulis 28 Oktober 2002

No comments: